Langkah Instan Mengejar Ranking Kampus Lewat Impor Rektor
kompas.com + pikiran-rakyat.com

Langkah Instan Mengejar Ranking Kampus Lewat Impor Rektor

Kamis, 08 Agustus 2019

Wacana baru merekrut rektor dari luar negeri untuk ditempatkan pada beberapa kampus (nggak semua kampus, hanya yang terpilih) telah digulirkan oleh menteri riset teknologi & pendidikan tinggi. Pada 2019, QS World University Ranking merilis: UI peringkat ke-296 dunia, UGM peringkat ke-320 dunia, ITB peringkat ke-331 dunia, IPB peringkat ke-601-605 dunia. Dalam THE The World University Rankings 2019, UI peringkat ke-601-800, ITB peringkat ke-801-1000, dan UGM peringkat ke-1001 [1].

 

Cara ini bisa dibilang cukup instan meskipun sudah ada yang coba lalu berhasil seperti Singapura. Nanyang Technological University (NTU) didirikan 1981, namun saat ini sudah masuk 50 besar dunia dalam waktu 38 tahun dengan mengundang rektor dari Amerika dan dosen-dosen besar [2].

 

Sekarang memang negara kita gencar menguliahkan banyak SDM muda ke kampus luar lewat bermacam cara misalnya kerjasama bilateral antar negara, beasiswa lpdp dan kolaborasi riset. Bagus memang, tapi jalan ini bakal panjang dan lama hasilnya. Mesti nunggu lama untuk jadikan mereka ini matang n berproses, apalagi kalau mau jd rektor wah panjang prosesnya. Ini lho, kenapa investasi di bidang SDM lama hasilnya beda sama infrastruktur yang langsung kelihatan. Proses proses proses...ini rencana jangka puanjang sekali. Untuk itu perlu jg ada rencana jangka pendeknya juga, yang rada lebih cepat sambil nunggu yang jangka puanjang mateng.

 

Apalagi rektor, jabatan yang cukup politis karena membutuhkan suara senat (65%) dan menteri (35%) saat pemilihan [3]. Pastilah ya, kandidat bakal deketin kesana kemari orang-orang yang punya suara. Bisa saja latar belakang akademik, kemampuan manajemen dan jaringan yang luas dalam n luar kemungkinan dapat diabaikan.

 

Tentu sulit untuk nyari kriteria rektor seperti itu, apalagi jaringan ke luar. Wah, gimana nggak coba. Sebelum jd rektor, sebelumnya tentu saja sebagai dosen yang punya beban kerja tridarma perguruan tinggi: mengajar, meneliti dan mengabdi. Memenuhi ketiganya dgn sangat baik, pastilah sangat sulit. Karena dosen itu sering mengampu tiga sampai empat mata kuliah, apalagi dosen baru walah bisa lima sampai enam. Ini baru ngajar, belum lagi penelitian dan pengabdiannya.

 

Beda dengan kampus-kampus yang cukup top, biasanya nggak banyak beban matkulnya paling cuma satu sampai dua saja dan waktu lain dipakai tuk meneliti serta menulis artikel dan buku. Banyak waktu produktif disitu. Ini baru bicara kemampuan akademik, belum lagi kemampuan manajemen organisasi dan jaringan yang mesti dimiliki kalau mau jadi rektor yang mumpuni. Nantinya kalau pucuknya jadi diganti, wah pastilah irama kerjanya bakal ada aura yang beda. Punya standar baru lwat prombakan sistem, manajemen dan cara-cara lama. Bakal seru nihh, jadi penasaran kampus mana yang bakal ditunjuk, penasaran kayak apa nanti jadinya.

 

Rektor jadi mirip CEO, chief executive officer yang jadi bos perusahaan. Dimana CEO dipilih oleh orang-oranga yang jadi perwakilan pemegang saham perusahaan. Ya pastilah yang punya investasi kagak mungkin dong pilih bos yang kagak kompeten, mesti yang sudah terpercaya dan teruji serta punya visi kemajuan yang jauh kedepan. Banyak perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang dipegang CEO asing, seperti bidang otomotif, makanan, asuransi, perbankan, ecommerce, telekomunikasi dan elektronik [4]. Itu sampai sekarang masih berjalan, kok sepertinya mau ditularkan ke sektor pendidikan tinggi.

 

Wacana ini tidak begitu saja berjalan mulus, sebab ada beberapa pihak yang menolak pelaksanaan rencana menteri untuk mengundang rektor asing. Misalnya Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), pimpinan komisi X DPR RI dan dewan guru besar UGM termasuk pihak yang menolak langkah menristekdikti mengimpor rektor asing [5][6][7].

 

Bukan saja SDM, melainkan juga institusi kampus itu sendiri yang juga butuh perhatian lebih bila ingin jadi kampus top. Sebab, pastilah kampus top juga punya pendanaan yang besar untuk mengembangkan kampusnya sampai bisa masuk sekian besar dunia.

 

Pak Menteri sepertinya juga sudah memberi sinyal bakal merevisi peraturan untuk mengakomodir wacana ini. Jadi belum pasti akan terjadi, kalaupun bakal benar-benar diterapkan maka semua pihak juga harus mengawasi dan memberi masukan agar yang sudah berjalan dapat dilakukan perbaikan kebijakan.

 

[1] https://m.detik.com/news/berita/d-4648909/yang-perlu-diketahui-dari-wacana-rektor-asing-dongkrak-ranking?tag_from=mnews_beritaTerkait
[2] https://news.detik.com/berita/d-4648086/sepak-terjang-rektor-asing-di-singapura-yang-jadi-rujukan-menristekdikti
[3] https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/index.php/2016/10/15/dalam-pemilihan-rektor-suara-menteri-bisa-tak-berpengaruh/
[4] https://m.wartaekonomi.co.id/berita159541/inilah-ceo-asing-terbaik-di-indonesia-tahun-2017.html
[5] https://tirto.id/asosiasi-dosen-tolak-rencana-menristekdikti-impor-rektor-asing-efL3
[6] https://news.detik.com/berita/d-4646933/pimpinan-komisi-x-tolak-rektor-asing-untuk-ptn-mengusik-rasa-kebangsaan
[7] https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4654407/dewan-guru-besar-ugm-juga-tolak-impor-rektor-asing

0 respon151 dilihat


Memuat Komentar